Minouche Shafik mengundurkan diri sebagai presiden Columbia
Shafik menuai kritik atas penanganannya terhadap protes yang mengguncang kampus universitas awal tahun ini.
Minouche Shafik, presiden Universitas Columbia, telah mengumumkan pengunduran dirinya setelah tahun yang penuh gejolak yang ditandai oleh ketegangan dengan staf dan mahasiswa atas penanganannya terhadap protes kampus terhadap perang Gaza.
Universitas mengumumkan kepergiannya dalam sebuah pernyataan di situs webnya pada hari Rabu.
“Periode ini telah memberi dampak yang cukup besar bagi keluarga saya, seperti halnya bagi orang lain di komunitas kami,” tulis Shafik dalam surat kepada staf dan mahasiswa universitas. “Ini juga merupakan periode penuh gejolak yang membuat sulit untuk mengatasi perbedaan pandangan di komunitas kami.”
David Greenberg dan Claire Shipman, ketua bersama Dewan Pembina universitas, mengatakan mereka memahami dan menghormati keputusannya.
Protes terhadap perang Gaza dimulai di kampus Columbia di New York City pada bulan April yang menginspirasi perkemahan serupa di institusi lain di seluruh Amerika Serikat dan sekitarnya.
Saat protes semakin menguat, Shafik dipanggil ke komite kongres atas tuduhan bahwa universitas telah gagal melindungi mahasiswa dan staf dari meningkatnya anti-Semitisme.
Keesokan harinya, ia mengizinkan polisi Kota New York memasuki kampus untuk membubarkan protes dan sekitar 100 orang ditangkap, yang memicu kemarahan dari para pengunjuk rasa dan beberapa akademisi serta seruan agar ia mengundurkan diri. Ketegangan semakin meningkat pada akhir April, ketika polisi kembali lagi ke kampus, menangkap sekitar 300 orang dan membubarkan perkemahan.
“Selama musim panas, saya telah merenung dan memutuskan bahwa kepindahan saya saat ini akan memungkinkan Columbia untuk mengatasi tantangan di masa mendatang,” kata Shafik. “Saya membuat pengumuman ini sekarang agar kepemimpinan baru dapat terbentuk sebelum masa jabatan baru dimulai.”
Pengunduran diri Shafik disambut baik oleh sejumlah pengunjuk rasa, juga mereka yang menuduhnya membiarkan anti-Semitisme berkembang biak.
Para wali amanat mengatakan Katrina Armstrong akan menjabat sebagai presiden sementara Columbia. Saat ini, ia menjabat sebagai kepala eksekutif Columbia University Irving Medical Center.
Tahun ajaran baru akan dimulai pada tanggal 3 September.
Hampir 40.000 orang telah tewas sejak Israel memulai perangnya di Gaza, setelah pejuang Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Setidaknya 1.139 orang tewas dalam serangan itu dan sekitar 240 orang ditawan.
Perang di Gaza telah menghancurkan sebagian besar wilayah Palestina dan membuat sebagian besar penduduknya mengungsi.
Afrika Selatan menuduh Israel melakukan genosida dalam kasus yang sekarang sedang diselidiki oleh Mahkamah Internasional.
Sumber: aljazeera.com