Warga Muara Angke Jakarta Bertahan Tengah Krisis Air: Rp600 ribu hingga Rp1 juta

Pedagang air keliling biasanya mengambil air bersih di kios-kios setempat sebelum berkeliling ke rumah warga menggunakan gerobak dorong atau sepeda motor yang dimodifikasi dengan rak jerigen. Air itu kemudian dijual ke warga yang tidak memiliki akses air ledeng atau sumber air layak konsumsi.

Warga Muara Angke, Jakarta Utara, terus berjuang keras untuk mendapatkan akses air bersih di tengah kondisi lingkungan pesisir yang kian memprihatinkan. Ironisnya, harga air bersih di kawasan tersebut kini lebih mahal dibanding harga bensin, membebani perekonomian warga yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan dan pekerja harian.

Berdasarkan pantauan di lapangan, air bersih di Muara Angke dijual Rp3.000 per jerigen oleh pedagang keliling. Padahal, para pedagang membeli air dari kios air bersih dengan harga Rp2.000 per jerigen. Selisih Rp1.000 tersebut menjadi keuntungan pedagang, namun berdampak langsung pada meningkatnya biaya hidup masyarakat.

Pedagang air keliling biasanya mengambil air bersih di kios-kios setempat sebelum berkeliling ke rumah warga menggunakan gerobak dorong atau sepeda motor yang dimodifikasi dengan rak jerigen. Air itu kemudian dijual ke warga yang tidak memiliki akses air ledeng atau sumber air layak konsumsi.

Akibatnya, warga harus mengeluarkan biaya tinggi untuk kebutuhan dasar tersebut. Dalam sebulan, pengeluaran rumah tangga untuk air bersih bisa mencapai Rp600 ribu hingga Rp1 juta, tergantung jumlah anggota keluarga dan pemakaian harian.

“Kalau air habis, mau tidak mau beli lagi. Kami butuh buat mandi, masak, nyuci, semua dari air beli,” ujar Rahma (38), seorang ibu rumah tangga di kawasan Muara Angke, saat ditemui, Rabu (12/11/2025).

Warga berharap pemerintah segera turun tangan untuk menyediakan akses air bersih dengan harga yang lebih terjangkau. Sebab, hingga kini, sebagian besar warga di pesisir utara Jakarta masih bergantung pada air jualan karena jaringan pipa PDAM belum menjangkau seluruh wilayah pemukiman padat di Muara Angke.

“Kalau bisa ada air dari pemerintah, jangan terus beli begini. Berat buat kami,” tambah Rahma.

Tutup