BEKASI – Hujan di bulan Oktober wilayah Bekasi dan sekitarnya, membuat Pemerintah Daerah untuk waspada datangnya banjir dan BMKG waspada datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi meminta kepada warganya yang berada di kecamatan untuk waspada.
“Hujan yang turun sejak Senin (18/10) dini hari hingga siang ini bisa menyebabkan genangan hingga banjir di beberapa wilayah. Namun, belum ada laporan masuk terkait genangan maupun banjir,” kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bekasi, Muhammad Said, yang dikutip karawangbekasijabarekpres.
Menurutnya, terdapat 153 titik banjir yang tersebar di 20 kecamatan dari 23 kecamatan yang merupakan kawasan rawan banjir saat musim penghujan.
“Kalau mengacu pada banjir awal tahun lalu, ada 153 titik banjir di 20 kecamatan dari 93 desa di Kabupaten Bekasi,” ucapnya.
Lanjut kata Said, menjelaskan Desa Sumberurip dan Desa Sumbersari di Kecamatan Pebayuran adalah titik paling rawan dan terparah jika terjadi banjir. Menyusul kawasan Kecamatan Kedungwaringin hingga Muaragembong.
“Titik terparah di Pebayuran, Cabangbungin dan Muaragembong,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, wilayah kecamatan lain juga menjadi titik yang diawasi oleh BPBD Kabupaten Bekasi mana kala hujan deras terjadi.
Misalnya, Tambun Selatan, Cibitung, Tambun Utara, Pebayuran, Muara Gembong, Cikarang Timur, Cikarang Pusat, Cikarang Utara, Setu, Cikarang Selatan.
Untuk antisipasi, lanjut Said, pihaknya menyiagakan perahu di tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Bekasi.
“Jadi dalam satu kecamatan bisa saja menyimpan 2-3 perahu, ada yang satu ada yang 2 tetapi tentu lebih banyak yang kita standby-kan di kantor,” tegasnya.
Sementara itu keterangan dari press realese, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan Peringatan Dini untuk WASPADA datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini.
Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Kondisi ini, berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah – sedang, setidaknya hingga Februari 2022.
Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan, maka La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 – 70% di atas normalnya.
Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
Dwikorita juga mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La-Nina, agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis.
Editor: Ardi Priana