Sokrates Sang Jurnalis Ulung
Agora dan Kantor Redaksi
Sokrates, sosok yang melegenda dalam sejarah filsafat.Dia tidak pernah menulis, namun pengaruhnya amat besar terhadap pemikiran eropa.
Semua hal yang diketahui tentang dirinya dituliskan oleh pengikutnya dan orang – orang yang hidup sezaman dengan dirinya. Kedatangan Sokrates dalam dunia filsafat menaruh cara pandang baru, para filosof sebelumnya memusatkan perhatian pada alam, era Sokrates kini dipusatkan pada manusiayang dalam kredonya “kenalilah dirimu sendiri”.
Sokrates menghabiskan separuh waktu hidupnya untuk berjalan mengelilingi Agora, berkelana dan menjumpai orang – orang yang lewatdisekelilingnya, Agora adalah jantung kota dan tempat berkumpulnya orang banyak mulai dari politikus, intelektual hingga rakyat biasa. Kata – kata seperti demokrasi, sejarah, politik, ide, teori, lahir dari rahim agora,ditempatini Sokratesmenjalankan kehidupannya sebagai seorang pencari kebenaran.

Bisa dibilang agora adalah kantor redaksinya Sokrates sekaligus tempatnya meliput dan mewawancarai narasumber. Tetapi demikian kantor redaksi Sokrates berbeda sepenuhnya dengan kantor redaksi pada umumnya.
Bias filsafat dan jurnalistik
Sokrates sampai saat ini hanya dikenal sebagai seorang filosof, orang – orang abai tentang sosoknya yang juga sebagai jurnalis. Dalam hal lain benar dugaannya seperti yang dituliskanNezar Patria, “Filsafat sebetulnya jauh, tapi juga dekat, dengan jurnalisme.
Ia jauh karena jurnalisme, sesuai karakternya yang mengutamakan hal praktis, enggan berkutat dengan upaya reflektif, suatu daya abstraksi tingkat tinggi yang membuat para filosof melampaui detil-detil peristiwa untuk mencari hal substansial dari realitas.
Jurnalisme sebaliknya menyandarkan dirinya pada reportase, pada suatu laku kesaksian detil peristiwa, berikut tekad melaporkannya kembali kepada publik dengan benar”
Sosok filosof sekaligus jurnalis tidak hanya ditemui dalam diri Sokrates seorang. Albert Camus, Hannah Arendt, Jean Paul Sartre, dan Karl Marx. Adalah sederet nama yang dikenal sebagai seorang filosof, namun demikian mereka juga jurnalis, mereka menulis dikoran serta meliput peristiwa. Dan lagi – lagi banyak orang abai tentang kejurnalisannya itu.
Diantara hal yang menjadi titik temu antara filsafat dan jurnalisme adalah “truth”. Filosof ialah orang yang memperkarakan kebenaran, sedang jurnalis juga memiliki tugas untuk mencari kebenaran.
Selain itu, filosof dan jurnalis posisi keduanya begitu rentan terhadap risiko, tugasnya sebagai orang yang mencari kebenaran dapat mengancam pihak lain yang seringkali memelintir kebenaran, seperti politisi ataupun penguasa yang melanggengkan praktik tersebut untuk memperoleh kekuasaan, atau seperti orang – orang konservatif yang sempit gagasan.
Sokrates adalah bukti nyata, dari keruhnya keamanan hidup seorang filosof juga jurnalis. Dirinya menuju surga bersama setenggak air racun yang diminumnya, sebagai sebuah hukuman yang dijatuhkan atas keberfilsafatan atau kejurnalisan dirinya.
Metoda Socratic
Jurnalistik sepenuhnya adalahtentang komunikasi. Sebagai seorang jurnalis, kemampuan untuk bisa berkomunikasi dengan baik bahkan menarik menjadi begitu diperlukan.
Sokrates adalah sang jurnalis ulung, kemampuannya dalam berkomunikasi dengan lawan bicara begitu mengagumkan. Sama halnya seperti jurnalis pada umumnya, Sokrates menggunakan metode wawancara untuk menggali informasi yakni “truth” dalam wacana Sokrates ini.Filsafat Sokrates menggambarkan pentingnya komunikasi yang baik dan pertanyaan yang tepat dalam proses pencarian kebenaran dalam kejurnalistikannya disampingkeberfilsafatannya.
Ibu Sokrates adalah seorang bidan, sokrtaes mengungkap bahwa bidan adalah analogi dari caranya berfilsafat yakni untuk membantu orang melahirkan kebenaran. “Perumpamaan proses filsafat dalam metodenya ialah seperti bidan yang membantu persalinan. Pemberian perumpamaan ini dipengaruhi oleh pekerjaan ibunya sebagai bidan” Duski Ibrahim.
Begitulah orang – orang menulis tentang Sokrates. Tapi yang patut diketahui bahwa metode Sokrates sepenuhnya berangkat dari jiwa jurnalis yang terdapat dalam dirinya. Namun sekali lagi, orang – orang abai akan hal itu.
Menurut Sokrates kemampuan untuk melahirkan adalah kemampuan alamiah, dengan hal yang sama disangkutkan dengan kebenaran berpikir, yakni merupakan kemampuan alamiah dan Sokrates membantu orang untuk mencapai hal itu.
Proses jurnalistik Sokrates yang dituliskan dalam sebuah karya bernama “dialog Sokrates”, merupakan capaian keberhasilan Sokrates dalam melanggengkan jurnalismenya,
Dalam mewawancarai narasumber Sokrates punya metode tersendiri. Mulanya dia mengungkapkan bahwa dirinya tidak tahu apa – apa, kemudian Sokrates terus menerus mewawancarai orang yang dijumpainya, sampai pada suatu momen dimana pertanyaan – pertanyaan Sokrates tidak dapat dijawab lagi oleh narasumber
Pencarian kebenaran, antara filsafat dan jurnalistik
Hubungan antara filsafat dan jurnalistik tidak boleh ada bias dalam hal ini, Hoax meskipun bukan hal yang baru namun masih tetap langgeng sampai sekarang.
Kebenaran menjadi pilar utama dalam praktik jurnalistik. Jurnalis memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan adalah akurat, berdasarkan fakta yang diverifikasi dengan cermat.
Mereka harus berusaha keras dalam memverifikasi dan menyajikan kebenaran kepada pembaca.Memang, jurnalisme hanya mengejar kebenaran praktis bukan mengejar kebenaran dalam pengertian yang mutlak, absolut dan filosofis.
Selanjutnya untuk menarik hal ini kedalam filsafat mari kita menengok murid Sokrates yakni Plato dengan gagasannya “Dunia Ide”.
Plato dalam konsepsi pertamanya mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada sekarang ini berasal dari dunia ide, dalam gagasannya Plato membagi dunia kedalam dua hal yang berbeda yakni dunia ide dan dunia realitas, mudahnya Plato menggagas bahwa dunia realita adalah bayang – bayang dari dunia ide.
Dalam konteks kehidupan modern luapan informasi berujung pada pengkaburan pandangan antara realitas dan fiksi, hal ini berujung pada beredarnya berita hoax di dunia digital. Tugas filsafat dalam hal ini adalah menyingkap problem komunikasi yakni Hoax.
Filsafat membawa pada kebenaran dan keindahan menjadi sesuatu yang orisinal, membawa manusia untuk kembali menjaga etika komunikasi, filsafat juga membawa manusia untuk berpikir secara radikal dan kritis, yang dalam hal ini dapat menagkishoax yang beredar di setiap harinya.
Penulis: Rival Maulana