Cerita Mistis Tempat Bersejarah Saung Ranggon

Suasana ruangan di Saung Ranggon yang mendapatkan izin dari juru kunci mengambil gambar. FOTO: Istimewa

BEKASI – Sri Mulyati (70) kuncen atau penjaga bangunan bersejarah Saung Ranggon mengungkapkan pernah ada kejadian cerita mistis dilokasi tersebut.

Saung Ranggon berlokasi di Kampung Cikedokan, Desa Cikedokan, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.

Pintu menuju ke dalam area Saung Ranggon itu tertutup, Hanya ada seorang ‘kuncen’ atau penjaga ibu-ibu dan juga anaknya.

Sri mengungkapkan dirinya tidak tahu persis sejak kapan bangunan itu berdiri dan didirikan oleh siapa. Dirinya mendapatkan cerita dari sang kakek yang telah tinggal sejak awal di lokasi itu.

Usia pasti bangunan ini tidak ada yang tahu, berbagai sumber yang menyebut ditemukan pada abad ke-16 dan pada tahun 1821 ditemukan kembali oleh pasukan Mataram bernama Raden Abbas, Namun Sri menjelaskan ditemukannya Saung Ranggon pada abad ke-15 oleh Raden Abbas.

A6503C4D 5DE0 46D6 8C7C A1CB3E0585D8 scaled
Tampak depan Saung Ranggon di Desa Cikedokan, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi tempat bersejarah. FOTO: Istimewa.

Mengetahui sang kuncen, ia masih keterunan keenam Raden Abbas yang memiliki nama lengkap Raden Nyimas Sri.

“Keluarga saya turun temurun tinggal di sini. Ceritanya pun dari turun temurun, tapi ini diyakini menjadi lokasi singgah Pangeran Jayakarta dan utusan para wali,” kata Sri, Kamis (4/8/2022) malam.

Ketika mendatangi lokasi ini, terasa suasana magis ketika tiba di area Saung Ranggon. Sri mengatakan tak bisa sembarangan bisa masuk ke area itu harus izin kepada kuncen, ditambah tidak boleh sombong diaera sini Kendati demikian dikawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Percaya tidak percaya, ada pengunjung main masuk dan foto tanpa izin atau permisi akhirnya keserupan,” terang Sri.

Saung Ranggon itu dipercaya merupakan tempat singgah Pangeran Jayakarta dan para utusan wali. Saung Ranggon layaknya rumah tinggi atau biasa disebut rumah panggung berada di area seluas 5.000 meter.

“Pangeran Rangga, Pangeran Jakarta, itu ada di Jakarta dia mah. Nah kalo mbah Raden Abah sampai kawin di sini,” kata dia.

Adapun luas bangunan Saung Ranggon yakni 7,6 meter x 7,2 meter dan tinggi sekitar 2,5 meter. Bangunan Saung Ranggon terdiri terbuat kayu ki bisi atau kayu ulin yang berasal tanah sumatera.

Saung Ranggon terdapat juga sebuah benda seperti bentuk telur, yang konon katanya, ada serorang kakek-kakek yang bawa ayam jago bersinggah ketempat tersebut.

“Konon katanya ada aki-aki dulu ke sini bawa ayam jago, Awalnya sampai ke ujung kulon Cirebon muter dia berhenti di sini ayamnya itu bertelur itu sering tiap sebulan sekali keluar darah. Sekarang telurnya kayak batu, sudah keras,” ungkap Sri.

Semakin seru cerita Sri, Ada juga sekelompok orang yang datang hendak melakukan pertunjukkan seni, namun apesnya karena pertunjukan tersebut tanpa sepengetahuan atau izin dari juru kunci akhirnya rombongan tersebut keserupan massal namun mereka nangis histeris.

“Pernah ada waktu itu ramai-ramai orang datang buat kesenian anak-anak ABG main datang pasang tenda saja, tari topeng, gendang dan jaipong tanpa izin. Entah gimana saat mau mulai itu semua nangis kejar (kesurupan massal),” terang dia.

Kemudian, saat tukang perabot yang asal nyelonong naik masuk ke dalam ruangan Saung Ranggon. Di dalam ruangan itu dia bahkan membuka kelambu atau tirai berisi guci dan benda pusaka.

“Saya lagi ada tamu dan ngantar ke atas, ketika tamu turun dia naik ke atas dan membuka sembarang tuh, tiba-tiba mental sampai bawah. Saya tanya kenapa dia bilang minta maaf, katanya melihat pria berjanggut panjang sedang sila,” beber Sri.

Tak hanya itu, menurut Sri di dalam Saung Ranggon, terdapat sejumlah benda pusaka peninggalan para wali benda-benda itu berupa keris dan belati. Terdapat pula guci berisi air yang hanya bisa di lihat pada waktu-waktu tertentu.

Area luar Saung Ranggong di kelilingi pagar berwarna hijau, untuk masuk ke dalamnya harus menaiki tujuh buah anak tangga di pintu utamanya. Di dalam Saung Ranggon itu terdapat ruangan seluas 1 X 2 meter yang ditutup pakai tirai atau hordeng.

Saat masuk terlihat ada sebuah foto Nyi Roro Kidul, Walisongo dan Presiden Soekarno dalam bingkai di dalam ruangan yang minim pencahayaan tersebut.

Ada juga sajadah maupun perangkat alat solat seperti mukena dan sarung, Di sekeliling tiap jendala juga ditutupi hordeng.

Disamping Saung Ranggon terdapat Musola kecil yang terbuat dari kayu dan bambu juga dan dipintu masuk gentong atau guci berisi air ketika seusai berkunjung diwajibkan mencuci muka.

Sementara di depan Saung Ranggon terdapat sebuah rumah, yang menjadi tempat tinggal sang juru kunci atau penjaga berserta keluarganya. Di area itu juga terdapat sebuah sumur yang memiliki usia sama dengan saung.

Lebih jauh bercerita, Sri menerangkan ada hal wajib yang harus dikerjakan oleh pengurus atau juru kunci di Saung Ranggon ini. Seperti, mencuci seluruh pusaka yang ada di Saung Ranggon saat Maulid Nabi.

Harus juga diadakan seni tradisional, seperti Tari Jaipong juga ada lagu-lagu wajib yang harus dinyanyikan.

“Semua itu harus, kalau tidak dijalankan pasti dari keluarga kita kena (kesurupan) atau ada aja yang kena masalah,” terang dia.

Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup