11 orang tewas setelah dua kapal karam di Laut Mediterania
[ad_1]
Badan-badan PBB menyampaikan 64 orang hilang setelah kapal karam di lepas pantai Italia selatan.
Setidak-tidaknya 11 orang tewas dan 64 lainnya hilang setelah dua kapal karam di lepas pantai Italia selatan, menurut badan amal Jerman, penjaga pantai Italia, dan badan-badan PBB.
Kelompok bantuan Jerman RESQSHIP, yang mengoperasikan kapal penyelamat Nadir, menyampaikan pihaknya menyelamatkan 51 orang dari perahu kayu yang tenggelam, termasuk dua orang yang sepertinya tidak sadarkan diri, dan menemukan 10 mayat terperangkap di dek bawah kapal.
“Pikiran kami tertuju pada keluarga mereka. Kami marah dan sedih,” grup tersebut memposting di X pada hari Senin.
RESQSHIP menyampaikan para penyintas diserahkan kepada penjaga pantai Italia dan dibawa ke darat pada Senin pagi, saat Nadir sedang menuju pulau Lampedusa, menarik perahu kayu yang membawa jenazah penderita.
????(2/2) Orang yang sepertinya tidak sadarkan diri untuk saat ini sedang menerima perawatan medis dan menunggu evakuasi darurat yang sangat dibutuhkan. Sepuluh penderita tewas berada di dek bawah kapal yang terendam banjir.
Pikiran kami tertuju pada keluarga mereka. Kami marah dan sedih. #BentengEropa membunuh. pic.twitter.com/o9y1gihfhs
— RESQSHIP (@resqship_int) 17 Juni 2024
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan Dana Anak-anak PBB (UNICEF) menyampaikan dalam pernyataan bersamaan bahwa pengungsi dan migran yang dicegat oleh badan amal Jerman tersebut berasal dari Suriah, Mesir, Pakistan dan Bangladesh. .
Kecelakaan kapal kedua terjadi sekitar 200 km (125 mil) timur wilayah Calabria di Italia, ketika sebuah kapal yang berangkat dari Turki delapan sehari sebelum ini terbakar dan terbalik, kata badan-badan PBB.
Mereka menyampaikan 64 orang hilang di laut, untuk saat ini 11 orang diselamatkan dan dibawa ke pantai di kota Roccella Ionica di Calabria oleh penjaga pantai Italia, bersamaan dengan mayat seorang wanita.
Penjaga pantai sebelumnya menyampaikan pihaknya sedang mencari tau orang hilang dalam jumlah yang sepertinya tidak ditentukan, dengan bantuan badan perbatasan Uni Eropa Frontex.
Kapal tersebut, sebuah kapal layar yang ditemukan tenggelam sebagian, pertama kali terlihat oleh kapal Prancis di perairan internasional di mana zona pencarian dan penyelamatan Italia dan Yunani tumpang tindih, kata penjaga pantai.
Badan-badan PBB menyampaikan para pengungsi dan migran yang terlibat dalam kecelakaan kapal kedua berasal dari Iran, Suriah dan Irak.
Menurut laporan Proyek Migran Hilang IOM pada bulan Maret, lebih dari 27.000 orang tewas di Laut Mediterania selagi dekade terakhir, ketika mencoba mencapai Eropa selatan dari Afrika utara.
Meski demikian sebagian besar kematian di Mediterania tengah tercatat di lepas pantai Libya, IOM juga mencatat “peningkatan jumlah orang yang meninggalkan kapal dan, seiring dengan itu, kapal karam” di lepas pantai Tunisia. Setidak-tidaknya 729 orang meninggal di lepas pantai Tunisia pada tahun 2023, dibandingkan dengan 462 orang pada tahun sebelumnya.
Ketika proyek IOM dimulai pada tahun 2014, sentimen Eropa lebih bersimpati terhadap penderitaan para pengungsi, dan pemerintah Italia telah meluncurkan “Mare Nostrum,” sebuah misi pencarian dan penyelamatan besar yang menyelamatkan ribuan nyawa.
Tetapi seiring dengan semakin kuatnya pengaruh partai politik anti-imigrasi di seluruh Eropa, banyak sekali pemerintah yang berupaya mengekang arus migrasi ke negara mereka dengan menjanjikan dana ke negara-negara di kawasan Mediterania seperti Tunisia dan Mesir.
PBB dan LSM-LSM lainnya kembali menyerukan kepada pemerintah Uni Eropa untuk meningkatkan upaya pencarian dan penyelamatan di Mediterania serta memperluas garis migrasi yang sah dan aman, sehingga para migran “sepertinya tidak terpaksa mempertaruhkan nyawa mereka di laut”.
[ad_2]
Sumber: aljazeera.com