Mengapa Seorang Ibu Mengupayakan Pembubaran Adopsi untuk Putrinya

[ad_1]

  • Seorang ibu dari empat anak berbicara kepada ORANG tentang keputusan sulit anggota keluarga untuk menempatkan putri angkat mereka di keluarga baru yang dilengkapi untuk menangani kebutuhan khususnya
  • Topik pembubaran adopsi baru-baru ini dibahas dalam seri dokumen tiga bagian yang baru Pembaruan tentang Keluarga Kamiyang meninjau kembali pilihan kontroversial YouTuber Myka dan James Stauffer untuk memulangkan putra angkat mereka, Huxley
  • Sang ibu – yang meminta untuk sepertinya tidak disebutkan namanya – juga menulis weblog parenting, di mana dia mendokumentasikan bolak-balik adopsi dan beberapa perjuangannya dengan anak tersebut, yang kemudian didiagnosis menderita gangguan keterikatan reaktif.

Seorang mantan blogger keluarga membuka diri kepada ORANG tentang perjuangan anggota keluarga dalam merawat anak angkat mereka yang berusia 3 tahun dengan baik, yang kemudian didiagnosis dengan kondisi perilaku yang khususnya memengaruhi anak angkat.

Ibu dari empat anak kandung – yang meminta identitasnya dirahasiakan untuk “melindungi anak-anaknya” – berbagi apa yang mendorongnya untuk dapat mencari pembubaran adopsi di depan para pembaca setianya.

Penulis berbasis internet ini hanya mengetahui dasar-dasar kesehatan anaknya yang berusia 3 tahun pada saat dia diadopsi dari Eropa Timur pada tahun 2009. Dan berdasarkan apa yang mereka ketahui, keluarga tersebut sepertinya tidak mengkhawatirkan kapasitas mereka untuk merawat balita lainnya. .

“Kami mengabaikan informasi yang kami miliki,” kenang sang ibu. “Kami seperti, ‘Oh, dia berumur tiga tahun. Kami tahu bagaimana melakukan ini.’ ”

Lihat ke belakang, dia memberi tahu ORANG bahwa tidak ada lagi seorang pun yang mempersiapkannya menghadapi variabilitas perilaku yang membedakan putri angkatnya dari anak kandungnya. Keluarga sepertinya tidak mau memahaminya gangguan keterikatan reaktif (RAD) sampai mereka membawa pulang tambahan baru mereka.

Meski demikian blogger tersebut menyampaikan bahwa hal tersebut terus menerus terjadi pada RAD, yang ditandai dengan kurangnya keterikatan seorang anak dengan pengasuhnya.

“Ada periode bulan madu,” jelasnya, merinci bagaimana gadis muda itu memakan “apa pun yang kami berikan padanya” dan menikmati mencoba makanan baru selagi hari-hari awalnya bersamaan keluarga. “Semasa enam bulan pertama setelah dia sampai di rumah, semuanya baik-baik saja. Tapi kalau dipikir-pikir, lihat kembali apa yang kita ketahui sekarang tentang RAD, itu yaitu hal yang biasa.”

Meski demikian dia sepertinya tidak bisa memperkirakan gejala RAD, sang ibu berspekulasi bahwa kondisi putrinya mungkin saja dipicu sejak dini, ketika dia dipisahkan dari ayah barunya secepatnya setelah adopsi.

Gambar stok orang tua yang lelah kumpul di pintu saat ini anak-anak bermain di dalam rumah.
Getty

 

Semasa masa tunggu yang lama setelah adopsi, orang tua membuat keputusan bahwa blogger tersebut akan kembali ke rumah untuk merawat empat anak mereka yang lain di AS. Suaminya – yang ketika itu bekerja di militer – tetap tinggal di Eropa Timur sampai anak angkat mereka bisa meninggalkan negara asalnya.

“Saya merasa mungkin saja dia minim terikat dengan suaminya di sana,” sang ibu merenung, menambahkan bahwa ayah dan putrinya sepertinya tidak mempunyai dalam jumlah besar waktu bersamaan setelah mereka tiba di Amerika Serikat. “Dia ada di rumah selagi beberapa minggu lagi, lalu dia berangkat dan pergi.”

Dia melanjutkan, “Itu mungkin saja memicu serangkaian perasaan ditinggalkan dalam dirinya. Sulit untuk memahaminya karena itu dia sepertinya tidak dapat mengungkapkannya secara verbal… tapi saya merasa itu yaitu kesalahan yang kami buat.”

Kemudian “tombolnya ditekan,” seperti yang dijelaskan oleh ibu yang berpengalaman. Anak berusia 3 tahun ini mulai memperlihatkan tanda-tanda ketidakstabilan yang mengkhawatirkan, seperti menolak makan dan menggigit kuku.

“Saya akan membawanya ke dokter dan saya akan berkata, ‘Dia mengunyah kuku jarinya. Jari-jarinya terinfeksi, dan saya sepertinya tidak tahu harus segera berbuat apa. Dia melakukannya dalam tidurnya. Saya sepertinya tidak dapat begadang 24 jam sehari untuk melihat hal ini,’” kenang blogger itu kepada ORANG.

Mematuhi saran medis, dia mencoba sejumlah pengobatan untuk menggigit kuku, mulai dari memasang kaus kaki di tangan putrinya hingga mengecat di atas cat kuku dengan rasa yang seharusnya untuk mencegah tumbuh gigi. Tampaknya tidak ada lagi yang berhasil, dan dokter hanya memberikan minim nasihat yang berguna, bersikeras bahwa gadis itu hanya “menenangkan diri sendiri.”

Gambar stok ibu memegang tangan anaknya sambil memandang ke kota.
Getty

 

“Saya bahkan memiliki seorang dokter yang berkata, ‘Anda baru saja mengeluarkannya dari satu-satunya rumah yang pernah ia kenal, dan sekarang Anda menghilangkan satu-satunya mekanisme kenyamanannya. Beraninya kamu?’” kenang mantan orang tua angkat itu. “Saya seperti, ‘Saya sepertinya tidak berusaha menjadi jahat, saya mencoba membantunya. Jarinya sepertinya tidak mungkin saja terinfeksi. Hal tersebut akan masuk ke aliran darahnya dan dia akan sakit.’ ”

Kemudian perilaku cemas gadis muda tersebut mulai mempunyai pengaruh pada keempat saudara kandungnya, yang berusia 3, 6, 8 dan 10 tahun pada saat saudara perempuan mereka diadopsi.

“Dia melampiaskannya pada anak-anak lain. Saya hanya ingat salah satu anak saya yang lebih tua pulang dari sekolah suatu hari nanti, dan dia menghancurkan kamar tidur mereka. Anak saya yang lebih besar memegang semua barang-barangnya dan air mata mengalir di wajahnya,” kata sang ibu. “Maksudku, ada balita yang melakukan hal itu, tapi itu dengan cara yang berbeda. Tampaknya sangat jahat.”

Dia menulis weblog selagi periode bulan madu putrinya dan periode yang melelahkan secara emosional setelahnya. Penulis menyampaikan bahwa dia sepertinya tidak menghasilkan banyaknya uang dari situsnya, tetapi situs tersebut berfungsi sebagai pelampiasan emosinya yang berat selagi masa-masa sulit menjadi orang tua.

“Saya melakukannya lebih untuk… kesadaran adopsi dan juga sejarah kehidupan keluarga kami,” jelasnya. “Dalam jumlah besar hal yang terjadi pada kami ketika itu dengan semua anak, dan salah satu anak saya menderita leukemia, jadi saya juga menulis weblog tentang hal itu.”

Hal ini sepertinya tidak berarti bahwa orang tua mendokumentasikan semua yang terjadi di rumah tangganya ketika itu. Dia ingin jujur ​​kepada audiensnya dan menawarkan wawasan nyata tentang peran sebagai orang tua, terutama saat dia menangani disabilitas anak-anaknya, tetapi dia sepertinya tidak tertarik untuk mempublikasikan semua yang terjadi di rumah.

Stok gambar wanita menghibur balitanya yang menangis.
Getty

 

“Saya mencoba menemukan keseimbangan yang baik antara kenyataan dan sepertinya tidak melanggar privasi mereka semua,” jelasnya, sambil mencatat bahwa dia menghilangkan beberapa cerita tersulit tentang putri angkatnya. “Saya sepertinya tidak menyampaikan, ‘Hei, dia masuk dan dia akan bangun di ambang pintu selagi 45 menit setelah kita sampai di rumah dan menolak untuk bergerak, dan jika kita menyentuhnya, dia berteriak.’ Saya sepertinya tidak akan menaruhnya di weblog saya untuk dibaca semua orang.”

Ketika gadis itu terus bertingkah, gejala RAD lainnya juga memburuk, meski demikian orangtuanya masih sepertinya tidak menyadari kondisi tersebut. Krisis keluarga mereka mencapai puncaknya ketika seorang dokter memperhatikan penurunan berat badan balita tersebut, karena itu dia menolak makan, dan menghubungi Layanan Perlindungan Anak.

“Saat itulah saya kehilangan akal karena itu saya berpikir, ‘Saya akan kehilangan semua anak saya, dan saya melakukan semua yang saya dapat untuk gadis kecil ini. Apa yang saya lakukan?’ kata sang ibu tentang situasi yang sepertinya tidak berdaya.

Ketika putri angkatnya berusia 7 tahun, orang tuanya membuat keputusan bahwa mereka perlu “berkumpul kembali” dan menempatkannya dalam perawatan saat ini. Sebab blogger tersebut aktif terlibat dalam komunitas orang tua angkat, mereka bisa menemukan keluarga untuk menjaga gadis tersebut selagi beberapa minggu. Pengasuh sementaranya sudah menjadi orang tua dari beberapa anak angkat lainnya, dan mereka menyatakan bahwa gadis tersebut aman di rumah mereka dan mendesak keluarga angkatnya untuk mengambil waktu istirahat yang mereka butuhkan.

“Semasa waktu itu, kami lihat anak-anak kami dapat bernapas dan merasa aman lagi di rumah mereka dan sepertinya tidak perlu berjalan di atas kulit telur,” kata orang tua yang sepertinya tidak disebutkan namanya itu.

Keluarga tersebut terus-menerus tetap berkorespondensi dengan pengasuh putri mereka, yang terlepas dari segalanya berbagi keyakinan mereka bahwa gadis tersebut menderita RAD. Wali saat ini mempunyai pengalaman luas dalam mengasuh anak adopsi yang didiagnosis menderita gangguan perilaku.

“Dia berkata, ‘Saya merasa baik-baik saja dengan sepertinya tidak menjadi ibu bagi beberapa dari mereka jika saya perlu. Saya hanya dapat menjadi penjaga. Saya dapat memisahkannya,’” kata blogger itu. “Dan saya seperti, ‘Yah, itu bagus karena itu saya sepertinya tidak dapat… Yang ingin saya lakukan hanyalah membawanya pulang dan mencintainya serta menjadi ibunya, sama seperti saya bagi yang lain.’ ”

Pembawa acara menjelaskan berapa dalam jumlah besar panti asuhan dan dokter yang gagal mengenali RAD pada anak angkat, itulah sebabnya ibu gadis tersebut kesulitan dapatkan bantuan atau analysis yang tepat. Dilengkapi dengan informasi baru, keluarga tersebut membuat keputusan untuk mendiskusikan langkah mereka selanjutnya. Para orang tua memulai dengan bertanya kepada anak-anak mereka apa artinya jika saudara angkat mereka bergabung kembali dengan keluarga.

“Mereka berkata, ‘Kami baru saja dapatkan orang tua kami kembali. Kami hanya merasa santai kembali. Kami merasa bahagia lagi,’” kenang sang ibu tentang percakapan dengan keempat anaknya yang lain.

Para pengasuh putrinya menyampaikan isi hati untuk memperpanjang masa tinggal gadis itu hingga masa percobaan enam bulan. Keluarga aslinya memeriksa secara rutin untuk memastikan gadis itu bahagia dan sehat, karena itu kunjungannya masih bersifat saat ini.

Stok gambar ibu menghibur anak di rumah.
Getty

 

Kemudian dia terikat dengan gadis lain di rumah yang juga mempunyai analysis gangguan keterikatan reaktif, dan keluarga tersebut sepertinya tidak bisa membuat keputusan hubungan pertama yang pernah dia bentuk. Orang tua mengambil keputusan sulit untuk memprioritaskan kebutuhan anak dan mengupayakan pembubaran adopsi dan menempatkan anak tersebut secara permanen di rumah barunya.

“Dia jauh lebih bahagia di sana,” kata ibu empat anak ini, yang masih tetap berkorespondensi dengan pengasuh anak perempuan tersebut. “Terus menerus kali anak-anak korban RAD memandang keluarga yang mengeluarkan mereka dari panti asuhan sebagai musuh. Seperti, ‘Kamu mengeluarkan saya dari rumah saya.’ … Mereka sepertinya tidak mengerti, ‘Oh, kamu segera memberi saya kehidupan yang lebih baik.’ ”

Meski demikian keluarga tersebut merasa bahwa pembubaran adopsi yaitu pilihan yang terbaik bagi mereka, mereka menerima dalam jumlah besar reaksi negatif dari pembaca weblog. Komentar yang paling menyakitkan menyatakan bahwa keluarga tersebut “memukimkan kembali dia seperti seekor anjing” dan “terlalu cepat menyerah.”

“Saat saya membuat postingan weblog yang menyampaikan bahwa kami menandatangani surat adopsi kepada keluarga barunya, pada kenyataannya saya mempunyai seorang teman yang memoderasi komentar di postingan tersebut karena itu saya tahu hati saya sepertinya tidak bisa menerimanya,” kenang ibu tersebut kepada ORANG. “Saya juga mematikan komentar anonim di postingan itu. Saya berpikir, ‘Tahukah Anda? Jika Anda ingin menjadi penuh kebencian, tinggalkan nama mengingat itu, milikilah.’ ”

Penulis menyampaikan dia berharap orang untuk menilai terlepas dari apakah mereka mempunyai pengalaman dalam situasi serupa atau sepertinya tidak. “Saat saya masih muda dan sebelum punya anak, saya yaitu ibu yang terbaik di dunia,” kata penulisnya kepada ORANG. “Saya telah belajar untuk membiarkan orang-orang yang akan membenci membenci dan menjauh darinya.”

Dia berhenti menulis weblog secepatnya setelah pembubarannya, tetapi sang ibu menyampaikan bahwa dia juga menerima dorongan positif. Komunitas adopsi sangat memberi dukungan, karena itu masyarakat mulai menyadari RAD dan mencoba untuk mengetahuinya lebih jauh.

Sang ibu menambahkan bahwa penghiburan terbesar datang dari para pembaca yang mengenal keluarga tersebut secara pribadi dan menyaksikan upaya mereka untuk membantu putri angkat mereka.

“Teman-teman dekat yang mengetahui bolak-balik saya berkata, ‘Kami mengerti. Kami telah menjalani ini bersamaan Anda. Kami telah lihat hal-hal yang belum Anda posting dan kami di sini,’” katanya.

[ad_2]
Sumber: people-com

Tutup