Sudah 8 Tahun Warga Keturunan Tionghoa di Cikarang Tak Rayakan Kirab Cap Go Meh
Ratusan masyarakat keturunan Tionghoa memadati halaman klenteng Tek Seng Bio di Desa Karangasih Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi Minggu, malam. Mereka menyambut atraksi para anggota dan pengurus Klenteng Tek Seng Bio yang membawa joli yang berisi patung Dewa Dewi. Mulai dari ibu-ibu yang membawa anak-anaknya, para remaja juga sangat antusias menyaksikan atraksi lima joli itu.
Sekitar pukul 20.20 WIB, iring-iringan joli mulai dipikul dan digoyang menuju klenteng Tek Seng Bio dengan melintasi area pemukiman warga di Gang Tepekong. Jaraknya tak jauh, namun antusias masyarakat sangat besar sehingga jalan dan halaman klenteng penuh. Yang menarik, puluhan anggota umat tionghoa menunggu di halaman rumahnya yang dilintasi pawai joli dengan menyediakan berbagai makanan dan minuman gratis bagi warga dan peserta pawai. Sesekali umat tionghoa memberikan dupa hingga ampau kepada pemikul joli.
Rasa rindu yang dalam warga Cikarang terjawab sudah oleh penampilan-penampilan seru pembawa joli. Selama delapan tahun sudah klenteng Tek Seng Bio tidak merayakan Cap Go Meh dengan menggelar pawai. Dan tahun 2024 ini dirayakan meski dengan skala kecil.
“Karna kan udah delapan tahun juga kita gak kirab keluar secara besar-besaran di daerah cikarang ini. Jadi kirab lingkungan ini juga cukup mengobati rasa rindu warga cikarang terhadap kirab budaya,” kata Arya, Pengurus Yayasan Cakra Utama di Klenteng Tek Seng Bio, Cikarang Utara, Minggu (25/2) malam.
Selama delapan tahun ini, menurut Arya, banyak pesan-pesan yang dikirim warga melalui media sosial menanyakan perayaan Cap Go Meh di Cikarang. Kondisi itu yang memotivasi para pengurus klenteng untuk membuat sebuah perayaan kecil. Meski lelah sehabis merayakan Cap Go Meh di Karawang, puluhan pembawa joli itu tetap energik saat bergoyang melintasi kerumunan warga.
“Antusiasme warga sangat besar sekali. Kami sudah sebulan lalu mengagendakan kirab dilingkungan Tek Seng Bio ini. Kami melaksanakan perayaan cap go meh hari ke 15 setelah penanggalan imlek yang menjadi penutup tahun baru imlek,” tambahnya.
Sebanyak lima Joli berisi patung dewa dewi ditunjukan kepada masyarakat sekitar. Joli berisi patung dewa dewi yang diarak itu tak hanya milik klenteng Tek Seng Bio, melainkan juga dari berbagai Cetiya yang ada di Kabupaten Bekasi.
“Di cikarang ini kami melakukan kirab lingkungan totalnya sebanyak lima joli yang berasal dari klenteng dan cetiya daerah cikarang,” tutur Arya.
Kirab lingkungan ini merupakan penutup rangakaian tahun baru imlek tahun naga kayu. Pada tahun naga kayu dipercaya sebagai binatang paling hebat dan perkasa di mula bumi begitupun maknanya.
“Naga itu binatang yang paling hebat perkasa diantara semua binatang. Jadi tahun ini semoga kita bisa menjadi tumbuh yan paling kuat baik secara jasmani maupun rohani semakin berkembang, bijaksana semakin baik lagi ke depannya,” ujarnya.
Sementara itu, Vita bersama satu anaknya mengaku sangat senang melihat penampilan para pembawa joli, meski sempat tegang dengan teriakan-teriakan kata-kata ‘awas’. Ya setiap ada pembawa joli ingin melintas, pengurus klenteng memperingatkan warga untuk menepi agar tidak tertabrak.
“Senang banget. Udah lama gak liat pawai joli. Tetangga juga pada ngikut. Bisa foto-foto di klenteng, anak saya seneng banget dah pokoknya. Saya sengaja dateng lebih dulu biar kebagian tempat ngeliat. Soalnya di Instagram udah rame,” tandasnya.