Ditegur KPI Gegara Gaya Busana, Begini Tanggapan Ivan Gunawan
terkenal.co.id – Acara “Brownies” di Trans TV mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) atas pernormalan laki-laki bergaya perempuan. Teguran tersebut menyoroti penampilan desainer Ivan Gunawan.
Penampilan Ivan Gunawan yang disoal KPI yaitu pada tanggal 30 Oktober 2023 yang lalu. Penampilan itu dinilai melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012.
“Kita harus menghindari sesuatu yang tidak sesuai norma itu menjadi hal yang lumrah dan bisa dicontoh anak-anak. Pasal 15 Ayat (1) dijelaskan bahwa program siaran wajib memperhatikan dan melindungi kepentingan anak anak dan atau remaja,” kata Koordinator bidang Pengawasan Isi Siaran KPI Pusat Tulus Santoso dalam siaran pers KPI.
Sementara itu, Ivan Gunawan merilis pernyataan resmi terkait teguran tertulis yang dilayangkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat kepada program talkshow yang dipandunya.
Lewat Insta Story, desainer 42 tahun itu menegaskan, tak akan mengubah dirinya hanya karena teguran tersebut. “Ini karakter gue. Dan gue enggak mau mengubahnya karena it’s me,” katanya lewat Insta Story, pada 4 Januari 2024.
“Mungkin terkesan egois. Tapi apa yang aku raih selama ini adalah bukti keseriusanku berkarya. Jadi kalau ada yang mau mengubah dan melarang aku berkarya, it’s a big NO. Enggak mudah mengubah karakter seseorang demi memuaskan kebutuhanmu,” tulis Ivan Gunawan.
Ivan Gunawan juga menyadari, dirinya cukup berbeda dibandingkan kebanyakan pria. Namun dia mengaku, bahagia dengan kehidupan yang dijalaninya, talenta yang diberikan Tuhan padanya, dan keluarga yang dimilikinya.
“Sekarang umur gue 42 tahun. Gue yakin masih bisa berkarya dan jadi diri sendiri tanpa perlu nongol di TV. Insya Allah gue akan tetap hidup. Bismillah, hidup gue akan berlanjut,” katanya lagi.
Ivan Gunawan juga menyatakan, dirinya telah merasakan berbagai hal hingga sampai di titik tak lagi mencari pekerjaan. Sehingga ketika ada stasiun TV yang ingin menggunakan jasanya harus bisa menerima konsekuensi karakternya yang unik.
Editor: Wilujeng Nurani