Mengenal Sosok Lafran Pane dalam Film Lafran Bakal Tayang Februari 2024 Mendatang
terkenal.co.id – Berikut merupakan rangkuman mengenai sosok Lafran Pane dalam film Lafran ganh akan tayang pada Februari 2024 mendatang.
Untuk diketahui bahwa film berjudul Lafran ini merupakan garapan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa islam (KAHMI) bersama Reborn Intiatives.
Dede Ridwan selaku produser film Lafran mengungkapkan bahwa terdapat banyak cerita mengenai kehidupan pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yakni Lafran Pane.
Kisah pada film Lafran ini menurut sang produser dapat meningkatkan semangat keindonesiaan dan keislaman kader HMI serta masyarakat.
Diketahui bahwa film Lafran ini bakal di dibintangi oleh Dimas Anggara, Lala Karmela, Aryo Wahab, Alfie Alfandi, Ratna Riantiarno, Farandika, Nabil Lungguna, dan Mathias Muchus.
Diketahui juga bahwasanya film Lafran ini bakal menjadi kado terindah HMI pada peringatan hari terbentuknya organisasi Februari 2024.
Lantas siapa sebenarnya sosok Lafran Pane yang kisahnya diangkat dalam film bertajuk Lafran ini? Berikut rangkuman terkenal.co.id mengenai informasi lengkapnya.
Profil Lafran Pane
Lafran Pane dilahirkan pada 5 Februari 1922 di Kampung Pangurabaan, Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Diketahui bahwa Lafran Pane lahir dari keluarga penulis dan aktivis.
Sang ayah, Sutan Pangurabaan Pane merupakan jurnalis, sastrawan, serta pendiri dan pemimpin Surat Kabar Sipirok-Pardomuan.
Ayah dari Lafran Pen ini diketahui juga menjadi guru sekaligus pendiri Muhammadiyah di Sipirok. Ia merupakan anak keenam yang memiliki dua kakak, Sanusi Pane dan Armijn Pane, sastrawan termasyhur.
Untuk diketahui bahwa usai satu tahun setelah kelahirannya, pada 12 April 1923, Lafran pernah hidup menggelandang di sepang ruas jalan kota Medan.
Sebagai anak dari tokoh Muhammadiyah, ia memulai pendidikan di Pesantren Muhammadiyah Sipirok. Ia menempuh pendidikan formal di tingkat dasar sampai tingkat menengah dengan terputus-putus.
Lafran Pane juga diketahui sempat menempuh pendidikan kelas tujuh di HIS Muhammadiyah.
Kendati kerap pindah sekolah, tetapi pendidikan agama tak pernah dilupakannya.
Setelah itu, Lafran Pane diboyong dua kakaknya, Armijn dan Sanusi ke Jakarta. Di sana, ia sempat berkumpul dengan geng remaja Zwarte Bente di kawasan Senen.
Lafran Pane ketika masih muda, dirinya juga terlibat dalam penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok bersama pemuda lain untuk mempersiapkan proklamasi Indonesia.
Berdasarkan uici.ac.id, saat ibukota negara pindah ke Yogyakarta, Lafran juga ikut pindah dan menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Islam (sekarang UII) dan bergabung dalam Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY).
Sebelum lulus dari STI, ia berpindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada April 1948 (sekarang Universitas Gadjah Mada atau UGM).
Namun, ketika berdinamika dalam PMY, ia merasa tidak cocok dan mengingat organisasi ini itu tidak memiliki pondasi Islam sehingga memilih keluar. Kala itu, ia sudah dianggap menyatu dengan identitas HMI.
Lafran pun mulai melakukan konsolidasi pembentukan HMI sejak November 1946. Lalu, pada 5 Februari 1947 menjadi hari pendirian HMI oleh Lafran bersama 14 orang temannya.
HMI didirikan dengan landasan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mengembangkan ajaran Islam. Selain mendirikan HMI, ia juga sempat menjadi dosen di beberapa universitas di Yogyakarta, seperti dosen Fakultas Sosial dan politik UGM, dosen UII, dan dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kemudian, pada 25 Januari 1991, ia meninggal dunia setelah mengalami stroke.
Untuk diketahui sebagai informasi bahwa pada 9 November 2017 silam, Presiden Jokowi secara resmi memberikan gelar pahlawan nasional terhadap Lafran Pane.
Adapun gelar pahlawan tersebut disematkan kepada Lafran Pane karena dinilai menjadi pahlawan yang mendorong pertumbuhan gerakan pemuda di Indonesia yaitu HMI.***
Editor: Mishbahul Anam