Kondisi Gaza Terkini, Israel Lancarkan Gempuran Terhadap Warga Meski Puluhan Ribu Orang Dinyatakan Tewas
terkenal.co.id – Gempuran terhadap warga Gaza terus dilakukan oleh Israel meski puluhan ribu orang telah dinyatakan tewas.
Menanggapi hal tersebut, para pemimpin organisasi PBB menyatakan “cukup” serta menuntut gencatan senjata kemanusiaan pada Senin, 6 November 2023.
Sementara itu, otoritas kesehatan Palestina menyebutkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempuran serangan Israel telah mencapai 10.000 orang.
Kendati demikian, Israel menolak tekanan internasional yang meningkat untuk melakukan gencatan senjata.
Tak hanya itu, Israel juga mengatakan bahwa sandera yang disandera oleh militan Hamas selama serangan mereka dari Gaza ke Israel selatan pada 7 Oktober lalu harus dibebaskan terlebih dahulu.
Sementara itu, pihak Hamas mengatakan bahwa pihaknya tidak akan membebaskan para sandera ketika Gaza sedang digempur Israel.
Berdasarkan informasi yang diperoleh redaksi terkenal.co.id dari Wartawan Reuters di Gaza mengatakan bahwa bombardemen Israel melalui udara, darat dan laut pada malam hari adalah salah satu serangan paling intens yang dipicu oleh serangan 7 Oktober di mana Hamas menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan setidaknya terdapat 10.022 warga Palestina telah terbunuh, termasuk 4.104 anak-anak.
Hal ini kemudian yang mengakibatkan organisasi-organisasi internasional ikut buka suara terkait rumah sakit yang tidak dapat menangani korban luka dan makanan serta air bersih hampir habis dan pengiriman bantuan tidak mencukupi.
“Seluruh penduduk terkepung dan diserang, tidak diberi akses terhadap kebutuhan penting untuk bertahan hidup, rumah, tempat penampungan, rumah sakit dan tempat ibadah mereka dibom. Ini tidak dapat diterima,” ungkap para pemimpin PBB dalam pernyataan bersama.
Lebih lanjut, para pemimpin PBB mengatakan bahwa pihaknya memerlukan gencatan senjata.
Hal tersebut didasari karena terhitung sudah tiga puluh hari berlalu dan harus dihentikan.
“Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang,” lanjut pernyataan para pemimpin PBB tersebut.
Adapun pemimpin PBB ini terdiri dari 18 negara yang menandatangani perjanjian tersebut termasuk Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (UNHRC) Volker Turk, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan kepala bantuan PBB Martin Griffiths.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sedang melakukan tur ke wilayah tersebut untuk mencoba mengurangi risiko eskalasi konflik, menyalurkan lebih banyak bantuan ke Gaza, dan menyusun rencana untuk masa depan yang berkelanjutan bagi Israel dan Palestina.
Kendati demikian, Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya telah merebut kompleks militan dan siap menyerang pejuang Hamas yang bersembunyi di terowongan bawah tanah dan bunker di Jalur Gaza utara, setelah mengisolasi daerah tersebut dengan pasukan dan tank.
Menanggapi hal tersebut, Sayap bersenjata Hamas, brigade Al-Qassam mengatakan bahwa pihaknya hingga saat ini telah merusak 27 kendaraan militer Israel dalam 48 jam dan menimbulkan kerugian besar dalam pertempuran langsung dengan pasukan Israel.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan puluhan orang tewas akibat serangan udara Israel di utara dan selatan, dengan delapan orang tewas dalam serangan udara yang menghantam rumah sakit kanker Rantissi di Kota Gaza.
Militer Israel hanya mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pihaknya telah mengawal konvoi empat ambulans pasien dari Kota Gaza ke perbatasan Rafah dengan Mesir, menyatakan rasa lega.
Evakuasi yang dilakukan oleh ICRC ini diketahui telah ditangguhkan sejak gempuran Israel terhadap ambulans pada Jumat.
Sementara itu, Direktur CIA AS William Burns dijadwalkan mengunjungi Israel pada Senin untuk membahas perang dan intelijen dengan para pejabat, seperti dikutip New York Times.
Untuk diketahui sebagai informasi bahwa Burns juga akan berkunjung ke negara-negara lainnya di kawasan, kata seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
CIA tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters.(*)
Sumber : Antara (Reuters)
Editor: Mishbahul Anam