OPINI: Menulusuri Islam di Bali Hidup Harmoni Dengan Hindu
terkenal.co.id – Menggabarkan keindahan pulau Dewata Bali hampir semua orang yang pernah berkunjung kesana seakan tiada kata untuk mengekspresikan betapa alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan dukungan budaya masyarakat, menjadikan Bali tujuan wisata kelas dunia yang banyak dirindukan orang dari banyak negara di belahan bumi.
Sedikit bernostalgia ketika masih mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Haluole (UHO) Kendari, tahun 1990 berkunjung ke Bali menghadiri acara kemahasiswaan dengan modal nekat setelah mengikuti acara di UGM Yogjakarta.
Sebagai mahasiswa penuh idealis dan nekat ke Bali tanpa persiapan akomodasi memadai, hanya berdasarkan keyakinan bahwa di Bali pasti ada jalan keluar yang bisa membantu solusi.
Ketika tiba pertama di terminal Bus di Bali perasaan hati menjadi lega akhirnya tiba juga di Bali, walaupun belum tahu akan kemana tempat bermalam karena tidak mempunyai bekal untuk bisa menginap bahkan di wisma murahan pun.
Alhamdulillah pas turun dari bus dipertemukan dengan seorang muallaf lokal (orang baru memeluk islam) bernama Muhammad . Kamipun berkenalan dan menceritakan kenekatan berangkat menuju Bali dengan tanpa persiapan yang memadai.
Akhir diskusi kamipun diajak untuk berangkat menuju sebuah masjid sebagai tempat Bayu melakukan aktivitas sehari hari khususnya melaksanakan shalat 5 (lima) waktu di masjid mulai Subuh, Dhusur, Ashar, Magrib dan Isyah.
Muhammad shalat wajib biasa dengan masjid yang berbeda dan setiap usai shalat langsung memberikan pencerahan kepada Jemaah walau hanya 1 (satu) ayat Alquraan atau Hadist.
Disitulah saya memahami bahwa Muhammad seorang mualaf yang benar benar totalitas mempelajari dan mengamalkan islam secara sungguh-sungguh dengan tetap menyesuaikan dengan lingkungan yang mayoritas beragama Hindu.
Paska rangkaian acara Rapat Kordinasi Teknis Badan Strategi Kebijakan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM tanggal 20-23 September 2023 di Denpasar, penulis kembali mengunjungi beberapa tempat rekreasi dan masjid di Bali untuk mempelajari dan melihat langsung kehidupan toleransi masyarakat Bali khususnya agama islam sebagai pendatang .
Harmoni Hindu-Islam lewat Candi Kuning dan Mesjid Al Almin di Bedugul Jumat pagi dari hotel di Denpasar tempat nginap menuju ke Candikuning di Bedugul membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam, sepanjang perjalanan sopir sekaligus pendamping mengajak kami masuk jalan jalan desa sambil menikmati pemandangan rumah rumah penduduk dengan rata rata dilengkapi sarana beribadah di halaman depannya.
Yang membuat kita bangga dengan pemerintahan di Bali hampir tidak pernah menemukan jalan yang berlobong alias rusak baik di kota maupun pedesaan.
Ketibaan di Bedugul karena mendekati shalat Jumat kami langsung menuju masjid Al Amin yang terletak di atas bukit sehingga bisa menikmati pemandangan danau Bedugul dengan Pura Ulun Danu Bratan yang berada dipinggir Danau Bedugul.
Suasana pelaksaan shalat Jumat di masjid Al Almin serasa masjid masjid tardisional yang dikelolah oleh kaum nadhliyin ditandai dengan shalawatan dan pakaian yang lebih banyak menggunakan sarung dan peci.
Menurut Muhammad Munawar pengurus masjid Al Amin generasi ketiga dari masyarakat Bali yang membuka Kawasan ini menceritakan, pada awalnya Kawasan hutan ini dibuka oleh 7 orang Keturunan Bali ( 4 agama Islam dan 3 agama Hindu) datang membuka hutan belantara sebelum jaman kemerdekaan.
Setelah menenpati Kawasan Bedugul mulailah dibangun pemukiman dan tempat beribadah. Keluarga muslim membangun kampung dusun Candikuning 2 dengan masjid Al Amin di atas bukit dengan penduduk saat ini lebih dari 3.500 jiwa. Sedangkan Warga Hindu membangun kampung Dusun Candikuning 1 dekat danau Bedugul termasuk membangun Pura Ulun Danu Bratan.
Masyarakat dusun Candikuning 2 hampir 98 % memeluk agama Islam, seluruh pertokoan dan rumah makan yang ada di sekitar masjid ini merupakan orang Bali asli dengan bahasa Lokal Bali. Tempat ini menjadi rekomendasi bagi para turis Islam yang ingin berwisata ke Bali karena lingkungannya masih kental dengan suasana Islami dari penjual yang menggunakan hijab penutup kepala/jilbab serta makanan dan minuman yang dijamin halal.
Seusia shalat jumat kami mengunjungi Pura Ulun Danu Bratan dengan hanya beberapa meter dari lokasi masjid Al Amin. Pura ini banyak dikunjungi wisatawan asing maupun domestic karena suasana alam yang sejuk diatas ketinggian dengan pemandangan danau Bedugul yang mempesona. Ada hal yang menarik pemandangan di Bedugul yang berbeda secara umum di wilayah Bali, yaitu bahwa ketinggian bangunan tidak boleh melebihi ketinggian Pura.
Di Bedugul ini masjid Al Amin berada lebih tinggi dari Pura Ulun Danu Bratan, yang memberi sinyal bahwa masyarakat di Bedugul bisa menerima perbedaan ini sebagai Harmoni antara Hindu dan Islam karena didasari pada sejarah pembukaan wilayah ini.
Selain di Bedugul juga mengunjungi komplek pemukiman Al Amin di pusat kota Tabanan, komplek ini dihuni oleh masyarakat Islam dengan 56 Kepala Keluarga dari berbagai suku Jawa, Sunda, Padang maupun Bugis Makassar dan lainnya.
Mesjid ini dibangun atas nama Yayasan Al Amin dilengkapi dengan pondok dan sekolah mulai TK, SD, SMP dan SMA. Masyarakat di sekitar kompleks hidup dengan toleransi dan tidak pernah ada kasus kasus konplik sosial antara warga lokal hindu dengan masyarakat pendatang Islam.
Sebelum pulang ke Bandung menuju Bandara Ngura Rai, menyempatkan shalat Subuh di masjid Al Qomar Jalan Pura Demak Denpasar. Sama dengan masjid secara umum sebelum shalat diperdegarkan mengaji dan azan lewat pengeras suara.
Mesjid dengan 2 (dua) lantai, bagian bawah untuk aktivitas umum termasuk menampung orang orang dalam perjalanan (musafir) dan didominasi oleh masyarakat pendatang dari Padang dan Jawa.
Disekitaran masjid beberapa motor diparkir di pinggir jalan tanpa harus didalam rumah ataupun terkunci karena tingkat keamanan dan budaya masyarakat Bali yang sangat menolak budaya mengambil milik orang lain tidak seperti di kota kota lainnya di Indonesia prilaku kriminal pencurian atau pengambilan barang oaring lain sangat tinggi.
Semoga model toleransi beragama Hindu dan Islam di Bali, bisa menjadi inspirasi bagi berbagai daerah di Indonesia untuk menjaga kerukunan beragama antara pemeluk yang mayoritas dengan minoritas sebagai bentuk penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia yang paling mendasar.
Oleh: Hasbullah Fudail (Pegiat HAM)