Peran Kepemimpinan Generasi Muda Nahdliyin di Satu Abad NU

Bendahara Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Panji Sukma Nugraha.

Penulis: Panji Sukma Nugraha Bendahara Umum PB PMII, kader muda Nahdlatul Ulama

terkenal.co.id – Menuju abad kedua, Nahdlatul Ulama (NU) membawa visi besar dalam membangun peradaban Indonesia dan dunia. Dunia mengalami kebangkitan baru dan NU sebagai lokomotif kepemimpinan menuju kebangkitan itu. Sebagai organisasi Islam terbesar di dunia tentu memiliki peranan penting dalam menciptakan stabilitas, keamanan, perdamaian, dan kemakmuran.

Perjalanan satu abad NU tentunya membawa warga nahdliyin untuk mengingat kembali amanah-amanah dalam khitah NU. Pada dasarnya khitah NU telah memberikan amanah kepada warga nahdliyin, yang di dalamnya juga mencakup generasi muda nahdliyin untuk memberikan peran dalam mengurus misi syu’un ijtima’iah (masalah-masalah sosial kemasyarakatan). Dengan begitu, generasi muda nahdliyin memiliki posisi dan peran yang sangat strategis untuk dapat menjadi lokomotif multisektor kepemimpinan, salah satunya pada gerakan sosial dan keagamaan yang berbasis ahlussunnah waljama’ah annahdliyah.

Hal-hal yang menyangkut isu gerakan sosial keagamaan telah lama menjadi concern utama kepemimpinan generasi muda nahdliyin agar bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat. Untuk dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, yang terpenting bagaimana generasi muda nahdliyin dapat mewujudkan Indonesia Emas 2045 dan menavigasi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.

Setidaknya ada tiga keterampilan yang telah dan terus ditunjukkan serta diwujudkan oleh generasi muda nahdliyin dalam menjalankan kepemimpinannya. Pertama, memiliki visi; generasi muda nahdliyin selalu berdinamika di berbagai medan kehidupan, utamanya di era disrupsi teknologi yang telah berhasil membawa perubahan pada sektor-sektor kehidupan umat manusia. Generasi muda nahdliyin tentunya memiliki visi untuk menjadi tujuan dalam proses dinamika kepemimpinannya. Mereka bukan hanya memupuk rencana tentang bagaimana visi tersebut dapat dicapai, tetapi juga keyakinan mendalam bahwa visi itu akan berhasil.

Kedua, generasi muda nahdliyin memiliki kemampuan beradaptasi dan selalu terbuka terhadap perubahan. Di momentum satu abad NU ini, generasi muda nahdliyin selalu berusaha untuk tidak apriori dengan perubahan dan perkembangan zaman. Dalam menjalankan kepemimpinannya berpegang pada prinsip “good leader is a good reader”.

Generasi muda nahdliyin cukup mampu membaca masalah-masalah sosial kemasyarakatan, sehingga selalu siap untuk beradaptasi di setiap perubahan yang membawa maslahat bagi kepentingan masyarakat. Sebagai lokomotif kepemimpinan yang baik, generasi muda nahdliyin mengembangkan strategi yang tepat untuk mendorong, memacu dan melakukan akselerasi perkembangan masyarakat, agar survive dalam merespons perubahan yang ada.

Ketiga, generasi muda nahdliyin dengan kapabiltasnya selalu menghasilkan ide-ide baru. Salah satu kaidah yang selalu dipegang adalah “al-muhafadhoh ‘ala qodimis sholih, wal akhdzu bil jadidil ashlah”. Kaidah ini merupakan paradigma dari sikap memelihara atau menjaga nila-nilai yang lama yang baik, dan tidak tertutup akan perubahan sehingga generasi muda nahdliyin bisa mengambil atau melakukan transformasi nilai-nilai yang baru yang lebih baik. Ini berarti menciptakan lingkungan yang mendorong inovasi. Apalagi saat ini perkembangan dan percepatan teknologi informasi semakin tidak terbendung.

Relasi yang dibangun antara generasi muda nahdliyin dengan teknologi sangat penting. Sehingga peran kepemimpinan yang dilaksanakan di masyarakat sangat bergantung pada alat dan perangkat digital yang jauh lebih baik dan compatible di era saat ini. Namun yang terpenting adalah di tengah perkembangan teknologi generasi muda nahdliyin memiliki moralitas dalam pemberdayaan teknologi yang semakin meningkat akselerasi percepatannya.

Jika tiga keterampilan di atas dapat dilaksanakan dengan baik oleh generasi muda nahdliyin, maka pada momentum menuju abad kedua NU ini tidak hanya sekadar euforia saja, tapi lebih dari itu yakni momentum bagi generasi muda nahdliyin untuk menjadi lokomotif multisektor kepemimpinan di semua level dalam menjalankan amanahnya dengan baik pada misi syu’un ijtima’iah (masalah-masalah sosial kemasyarakatan), yang diharapkan peran kepemimpinan generasi muda nahdliyin dapat membentuk umat yang baik (khaira ummah). Kepemimpinan anak muda nahdliyin tidak bisa dipisahkan dari perwujudan peradaban baru Indonesia Emas 2045.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup