Siswa SD Mulai 2027 Mulai Belajar Coding dan AI
Pendidikan Indonesia siap menghadapi perubahan besar. Mulai tahun 2027, mata pelajaran coding dan kecerdasan buatan (AI) akan menjadi mata pelajaran wajib di sekolah. Selain itu, Bahasa Inggris juga akan diajarkan mulai kelas tiga.
Kebijakan ini diumumkan langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA), yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, Jumat malam (17/10/2025).
“Kebutuhan guru coding dan AI akan meningkat tajam. Oleh karena itu, peran perguruan tinggi sebagai mitra pendidikan menjadi krusial,” ujar Abdul Mu’ti.
Menurutnya, mata pelajaran coding dan AI, yang saat ini merupakan mata pelajaran pilihan, akan menjadi bagian dari kurikulum nasional. Pemerintah sedang mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk memastikan guru memiliki kompetensi yang memadai untuk mengajar mata pelajaran tersebut.
Wajib Bahasa Inggris Mulai Kelas Tiga
Selain memperkenalkan teknologi digital sejak dini, pemerintah juga akan menerapkan wajib belajar Bahasa Inggris mulai kelas tiga.
“Pelatihan guru Bahasa Inggris akan menjadi fokus utama. Namun, kami ingin istilah ‘pelatihan’ diganti dengan ‘pendidikan’ agar dapat tersertifikasi dan berdampak pada profesionalisme guru,” jelas Abdul Mu’ti.
5 Program Pendidikan Prioritas
Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah saat ini memiliki lima hingga enam program prioritas yang akan dilaksanakan bekerja sama dengan perguruan tinggi, termasuk PTMA (Perguruan Tinggi Swasta). Beberapa di antaranya meliputi:
Revitalisasi Satuan Pendidikan, meliputi peningkatan manajemen, tata kelola, dan peningkatan kapasitas kepala sekolah dan guru. Tahun ini, lebih dari 16.100 sekolah telah direvitalisasi dengan anggaran Rp16,9 triliun.
Peningkatan Kualitas Guru melalui pelatihan dan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Pemerintah telah mengalokasikan 808.000 kuota PPG dan memperluas program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) bagi guru yang belum menyelesaikan studi sarjana.
Memperkuat Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) untuk memperkuat karakter dan kompetensi mahasiswa, dengan dukungan perguruan tinggi sebagai pengembang modul dan penyelenggara pelatihan guru.
Pendidikan Berbasis Akademik
Abdul Mu’ti menekankan bahwa setiap kebijakan pendidikan harus lahir dari kajian akademik yang kuat, bukan sekadar kajian administratif.
“Kita ingin kebijakan pendidikan menjadi alat rekayasa sosial yang membentuk karakter bangsa,” ujarnya.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah juga membuka kesempatan bagi perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk berkontribusi dalam riset kebijakan, khususnya terkait pendidikan karakter dan kebiasaan belajar mahasiswa.
Beliau menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi keagamaan dalam mewujudkan pendidikan nasional yang inklusif, berbasis karakter, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Menuju Pendidikan Masa Depan
Rapat Kerja Nasional Forum Rektor PTMA 2025, yang diselenggarakan pada 16-19 Oktober di UMM Malang, menjadi wadah refleksi dan konsolidasi kebijakan pendidikan nasional. Forum ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara pemerintah dan jaringan kampus Muhammadiyah-Aisyiyah dalam mewujudkan pendidikan yang unggul, adaptif, dan berdampak bagi bangsa.




