Industri produk mewah menghadapi masa sulit?

Seperti yang terlihat di foto James, dia mengenakan GUCCI selama pertunjukan.

Sekitar ratusan atlet Olimpiade Paris 2024 kembali medali yang sudah lapuk dan itu ini menjadi petanda buruk bagi pihak yang bertanggung jawab membuatnya. Medali tersebut dibuat oleh Chaumet perusahaan perhiasan Prancis yang dipimpin LVMH raksasa industri mewah.

Walaupun Lembaga Percetakan Uang Prancis memproduksi medali LVMH justru mendapat kritik keras akibat kampanye promosi yang tidak realistis dan tidak memperlihatkan kualitas yang sesuai.

Pada tahun 2022, harganya saham LVMH mengalami kenaikan dramatis sehingga Bernard Arnault pendiri dan pimpinan perusahaan yang memegang sekitar 48 5 saham perusahaan berhasil menjadi orang terkaya di dunia berdasarkan daftar Forbes.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren investasi di pasar saham telah mengalami perubahan signifikan. Merek merek yang dulunya sangat populer dan mahal seperti Louis Vuitton Dior dan perhiasan Bulgari dan Tiffany Co telah mengalami penurunan nilai.

Data semester pertama 2025 yang rilis perusahaan itu pada 24 Juli tampaknya mengalami penurunan pendapatan sekitar 4 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024.

Labanya turun 15 itu sekitar 170 triliun rupiah, Penjualan beberapa produk seperti wine minuman beralkohol fashion dan produk kulit mengalami penurunan Namun penjualan jam tangan mewah perhiasan parfum dan kosmetik tetap stabil.

LVMH mengumumkan bahwa anak perusahaannya menunjukkan kemampuan resistensi yang baik dan tetap berinovasi kuat walaupun di tengah situasi geopolitik dan ekonomi yang tidak stabil Konsumen di Eropa terlihat mempertahankan keinginan yang kuat sedangkan di AS permintaan tetap stabil.

Ternyata LVMH tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan Kering yang memiliki portfolio merek seperti Gucci Bottega Veneta dan Yves Saint Laurent juga mengalami penurunan penjualan yang signifikan pada awal tahun ini.

Industri produk mewah menghadapi masa sulit kata seseorang ahli dalam artikel opini di New York Times bulan Desember 2024.

“Setelah satu dekade pertumbuhan yang hampir tak terkendali, sektor ini mengalami penurunan drastis secara global. Analis menduga, pembeli kelas menengah mengurangi pengeluaran mereka untuk barang mewah, dan permintaan barang mewah di Cina menurun.”

Zarrella, seorang editor mode berpengalaman, melihat pertanda buruk ini – seperti kenaikan harga dan kualitas yang buruk. Selain itu, semakin banyak barang bermerek yang tersisa dari stok yang berlebih, yang dijual di toko diskon. Barang mewah yang semakin umum didapat, semakin berkurang daya tariknya.

Tutup