DPR Diduga Sindir BUMN: Pegawainya Hidup Mewah
Anggota Komisi VI DPR RI, Herman Khaeron, memberikan pandangan kritis dalam menyoroti kenyataan pahit di balik gemerlap BUMN yang merugi, namun gaya hidup para petingginya seolah tak pernah bersentuhan dengan krisis.
Hal itu ia sampaikan dalam rapat Komisi VI DPR RI yang membahas arah kebijakan baru BUMN dan pembentukan entitas superholding Danantara.
“Banyak BUMN rugi, tapi pegawainya hidup mewah. Kontradiktif. Ini perusahaan negara, bukan perusahaan orang tua,” kata Herman dalam rapat yang juga dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir, CEO Danantara Rosan Roeslani, dan Dony Oskaria.
Menurutnya, hal yang paling krusial bukan hanya struktur dan strategi, tapi kultur yang selama ini mengakar dan belum sepenuhnya direformasi.
Kultur lama, sebutnya, masih menempel erat dalam pengelolaan perusahaan negara. Akibatnya, pembenahan sistem manajemen tidak menyentuh nilai dasar: etika, tanggung jawab, dan kesadaran bahwa BUMN sejatinya merupakan amanah publik.
Ia juga menegaskan bahwa pentingnya tiga aspek utama dalam pengelolaan BUMN: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). “Ilmu dan kemampuan teknis penting, tapi kalau sikap tak selaras, semua jadi semu. Kadang perusahaan merugi, tapi gaya hidup direksi mewah tanpa malu,” ungkapnya.
“Padahal tak semua punya arah dan manfaat jelas. Jangan hanya karena penyertaan modal negara turun, lalu semua ingin proyek besar,” tambahnya.
Ia juga menyoroti pentingnya peran Danantara sebagai superholding baru yang akan menyatukan dan menyusun ulang arah BUMN.
Dengan demikian, ia juga mengingatkan jika DPR tetap menjalankan fungsi pengawasan, tak bisa diabaikan oleh lembaga mana pun, termasuk Danantara.