Gamelan Menyatukan Dua Budaya dalam Lokakarya Bersejarah di Roma
Nada-nada khas Bali menggema di jantung Kota Roma pada Minggu, 6 Juli 2025, ketika Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Roma menggelar lokakarya Gamelan Bali, menandai kolaborasi perdana dengan Rumah Budaya Indonesia – Roma. Acara ini tak hanya menjadi panggung seni, tetapi juga jembatan budaya yang menyatukan semangat dua bangsa: Indonesia dan Italia.
Diselenggarakan di Rumah Budaya Indonesia, kegiatan ini sekaligus menjadi momen penting dalam mereaktivasi Gamelan Gong Kebyar “Puspa Sari” – seperangkat instrumen gamelan Bali yang telah lama terdiam. Gamelan ini pernah menjadi simbol pengenalan budaya Bali di Italia sejak diboyong oleh maestro Wayan Puspayadi pada 1971 dan digunakan dalam berbagai kajian musik di Universitas Sapienza Roma di bawah arahan Prof. Giovanni Giuriati.
Menurut siaran pers resmi KBRI Roma yang dirilis dari Jakarta sehari setelahnya, lokakarya ini menghadirkan seniman gamelan Bali A.A.B.G. Krishna Sutedja, yang juga Kepala Rumah Budaya Indonesia di Brussels. Krishna memimpin sesi pelatihan dan pengenalan gamelan bersama musisi asal Prancis, Theo Merigaeu kolaborator setianya dalam berbagai proyek gamelan kontemporer di Eropa.
Sebelum lokakarya dimulai, Krishna dan Theo terlebih dahulu melakukan restorasi dan penyeteman instrumen “Puspa Sari” agar mampu mengalunkan kembali warna-warni suara khas Bali dengan cemerlang. Suara gamelan yang sempat membisu kini kembali hidup, menjadi denyut baru dalam diplomasi budaya Indonesia di Benua Biru.
Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Roma, Dilla Trianti, menyebut kegiatan ini sebagai langkah strategis dalam membangun komunitas seni yang berkelanjutan.
“Kami berharap dari sini tumbuh komunitas gamelan Bali di Italia yang tidak hanya aktif, tapi juga menjadi pelopor kolaborasi budaya lintas negara,” ujarnya.
Senada dengan itu, Presiden Rumah Budaya Indonesia – Roma, Daniele Zappatore, menilai gamelan sebagai warisan budaya Indonesia yang memiliki daya tarik universal.
“Gamelan bukan sekadar musik, tapi bahasa yang menyatukan. Ia membawa pesan damai dan keterbukaan budaya,” katanya.
Bagi Rumah Budaya Indonesia – Roma, kegiatan ini juga menegaskan peran mereka sebagai pusat budaya yang aktif memperkenalkan seni, bahasa, dan tradisi Indonesia kepada publik Italia. Lebih dari sekadar pertunjukan, lokakarya ini menjadi ruang dialog antarbudaya dan simbol harmoni dalam keberagaman.
Kehadiran Theo Merigaeu, musisi Prancis yang kini menjadi bagian dari jejaring gamelan Eropa, juga memperkuat narasi bahwa gamelan Indonesia telah melampaui batas geografis dan menjelma sebagai bahasa musikal lintas dunia.
Dengan semangat kolaboratif dan getaran nada tradisional Bali, Roma pun seolah bergetar dalam irama yang berbeda – irama Nusantara yang membawa pesan persaudaraan budaya dunia.