Budidaya Tanaman Jadi Solusi Mandiri di Tengah Krisis Pangan dan Iklim
Di tengah krisis pangan global, dampak perubahan iklim, dan tekanan ekonomi rumah tangga, aktivitas budidaya kembali menjadi primadona. Mulai dari skala rumahan hingga usaha komersial, praktik budidaya tanaman, ikan, dan hewan ternak menunjukkan tren meningkat, terutama setelah pandemi Covid-19 memicu kesadaran masyarakat akan pentingnya kemandirian pangan.
Budidaya kini bukan sekadar kegiatan pertanian konvensional. Ia menjelma sebagai gaya hidup baru yang menyatukan nilai produktivitas, keberlanjutan, dan kepedulian terhadap lingkungan. “Budidaya tidak hanya menumbuhkan hasil panen, tapi juga menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya ketahanan pangan,” ujar Dita Maharani, pengamat sosial pertania dikutip, Kamis 3 Juli 2025.
Menurut data dari berbagai sumber literasi, termasuk Gramedia Literasi, masyarakat semakin tertarik untuk mengembangkan budidaya dalam skala kecil di pekarangan rumah. Budidaya sayur-mayur, ikan lele, hingga ayam petelur menjadi pilihan populer karena relatif mudah dilakukan, hemat biaya, dan memiliki hasil yang langsung bisa dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga.
Tak hanya mencukupi kebutuhan rumah tangga, hasil panen berlebih dari kegiatan budidaya juga membuka peluang ekonomi baru. Banyak warga kini menjual hasil panennya ke tetangga atau pasar lokal, memutar roda ekonomi mikro dari lingkungan terkecil.
Tren budidaya organik juga turut meningkat. Penggunaan bahan alami tanpa pestisida kimia membantu menjaga kesuburan tanah dan kualitas air, sekaligus mengurangi polusi lingkungan. Kegiatan ini bahkan dinilai edukatif karena bisa memperkenalkan anak-anak pada proses alami pertumbuhan, daur hidup, serta pentingnya menjaga ekosistem.
Seiring terbatasnya lahan di perkotaan, berbagai inovasi teknik budidaya pun bermunculan. Metode seperti hidroponik (tanpa tanah), akuaponik (gabungan ikan dan tanaman), vertikultur (tanaman vertikal), hingga budidaya ikan dalam ember (budikdamber), menjadi solusi kreatif untuk warga kota yang ingin bertani di lahan terbatas.
“Budikdamber sangat cocok untuk keluarga muda di perkotaan. Hanya butuh ember, bibit ikan lele, dan sayuran seperti kangkung. Hasilnya bisa panen ikan dan sayur sekaligus,” kata Fauzan, pegiat urban farming di Bekasi.
Budidaya, yang dulunya hanya identik dengan desa, kini menjadi simbol gaya hidup berkelanjutan di kota. Dari balkon rumah susun hingga halaman sekolah, semangat bercocok tanam dan beternak kian tumbuh, membawa harapan baru di tengah