Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia dengan Narkoba: Banyak di Jawa Barat Termasuk Bekasi

Pabrik Opium di Jawa tahun 1936. Foto: Arsip Nasional

Pada perang revolusi 1945-1949 Tentara Indonesia dihadapkan dengan situasi yang sulit, hal terebut salah satunya adalah kesulitan keuangan untuk memenuhi kebutuhan tentara dan kelengkapan peralatan perang.

Dengan kesulitan itu, Pemerintah yang baru saja lahir belum dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut. Maka, selain dana pemerintah untuk memenuhi semua kebutuhan terkadang mengandalkan sumbangan atau usaha ilegal sebagai sumber tambahan.

Pecinta Sejarah Bekasi, Rahman, menjelaskan bahwa kemerdekaan usaha ilegal itu seperti narkoba atau saat itu disebut candu.

“Usaha ilegal tersebut dari menjual barang hasil rampasan atau bahkan dari penyelundupan candu (narkoba),” kata Rahman.

Hal tersebut terdapat dalam sebuah surat laporan yang berisi permohonan pasukan Divisi Siliwangi kepada Wakil Presiden Moh. Hatta. Tertanggal 28 April 1948 Drs. Moh. Hatta yang menjabat sebagai Wakil Presiden sekaligus Mentri Pertahanan meminta pada Presiden Direktur Bank Negara Indonesia untuk secepatnya mengeluarkan uang sejumlah 27 juta rupiah kepada Divisi Siliwangi untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan selambat lambatnya tanggal 1 Agustus 1948.

Kemudian tanggal 16 Juni 1948 Presiden Direktur Bank Negara Indonesia bersurat Kepada Bung Hatta. Dalam suratnya tersebut berisi ketidaksanggupan untuk memenuhi kebutuhan Divisi Siliwangi yang sebesar 27 juta rupiah itu.

Surat tersebut kemudian di beritahukan kembali kepada Divisi Siliwangi yang di ketahui langsung oleh A.H Nasution dan Dr. Mustopo. Kemudian diantara mereka terjadi kesepakatan untuk mengirimkan surat permohonan kembali.

Dalam suratnya, Divisi Siliwangi meminta agar uang yang diminta agar diganti saja dengan candu (narkoba). Divisi Siliwangi meminta 200 ribu tabung berisi candu, mereka merincikan jumlah candu yang akan diselundupkan jika terjual hasilnya bisa untuk memenuhi kebutuhan tentara saat itu susuai dengan total 27 juta yang sebelumnya di minta.

Divisi Siliwangi memohonkan agar permintaan mereka secepatnya direalisasikan untuk memenuhi kebutuhan tentara yang mendesak. Karena pasokan makanan dan kelengkapan yang kritis. Jika belum bisa mengirim 200 ribu botol mereka meminta agar dikirim 1.000 kilo terlebih dahulu untuk kebutuhan pergerakan di Jawa Barat.

“Pasukan Divisi Siliwangi bergerak banyak di Jawa Barat termasuk Bekasi,” ungkap Rahman.

Mereka juga menyebut jika candu tersebut diberikan akan di jual ke luar daerah yang tidak dalam kekuasaan Bangsa Indonesia agar tidak meracuni anak bangsa dengan candu tersebut.

 

Tutup