Sound Horeg Dinilai Pemerintah Layak Jadi Kekayaan Intelektual Nasional
Pengguna Sound Horeg kini telah menarik perhatian serius dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Jawa Timur.
Kepala Kanwil Kemenkumham Jatim, Haris Sukamto, menilai sound horeg sebagai bentuk kreativitas khas anak bangsa yang memiliki potensi besar untuk diakui sebagai Kekayaan Intelektual (KI) nasional.
“Kami ke depan akan memberikan penghargaan kepada para pelaku atau pencipta ide, dalam bentuk sound horeg ini, karena ini hasil karya,” kata Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Jatim, Harris Sukamto, Selasa, 22 April 2025.
Menurut Haris, sistem sound horeg bisa dikategorikan sebagai karya cipta maupun desain industri karena melibatkan perancangan sistem audio yang unik.
Namun, ia menegaskan bahwa perlindungan hukum tidak dapat diberikan kepada individu secara perorangan, melainkan bersifat kolektif karena tren ini sudah menjadi bagian dari budaya komunitas.
Di tengah sorotan positif, Haris juga mengakui adanya keluhan dari sebagian masyarakat mengenai kebisingan yang ditimbulkan oleh sound horeg.
Oleh karena itu, Kemenkumham Jatim menekankan pentingnya pembinaan serta pengaturan agar tetap menjaga kenyamanan publik.
“Sound horeg ini harus kita apresiasi dan arahkan. Horegnya dapat, tapi tetap enak di telinga,” ujarnya.
“Tidak ada yang bisa melarang seseorang berkreasi. Kreativitas seperti ini harus diapresiasi dan diarahkan agar tetap nyaman bagi masyarakat. Suaranya tetap ‘horeg’, tapi juga bisa enak didengar,” katanya.
Sebagai langkah lanjutan, pihaknya berencana menjalin komunikasi langsung dengan para pelaku dan komunitas sound horeg, termasuk dengan tokoh-tokoh populer di dunia ini seperti Mas Brewok, untuk membahas legalisasi dan pengakuan resmi atas karya mereka.
“Negara hadir untuk memberikan perlindungan dan penghargaan terhadap karya seperti ini. Kreativitas jalanan adalah potensi besar dalam ekonomi kreatif,” pungkasnya.
Kata “horeg” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti “getaran”. Tren ini tengah digandrungi masyarakat di berbagai daerah, terutama di Jawa Timur, dengan pusat awal popularitasnya berasal dari wilayah Malang, kemudian menyebar ke daerah lain seperti Blitar.