PMII Gelar Aksi di PT Pertamina Patra Niaga Samarinda: ‘Kualitasnya Diragukan’

Dalam orasinya, Ketua Umum PMII Kota Samarinda, Taufikuddin, menyampaikan bahwa aksi ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap kondisi masyarakat yang dirugikan secara ekonomi dan kualitas akibat dugaan oplosan BBM yang mencuat ke publik.

Puluhan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Samarinda menggelar aksi damai di depan kantor PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Samarinda Group, Selasa siang (8/4). Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan praktik pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite menjadi pertamax yang diduga telah merugikan masyarakat.

Sekitar 100 massa aksi demonstrasi memadati halaman kantor dengan membawa spanduk, pengeras suara, dan perlengkapan aksi lainnya. Aksi berlangsung tertib namun penuh semangat, dengan seruan agar PT Pertamina Patra Niaga segera bertanggung jawab atas keresahan publik yang ditimbulkan dari dugaan kecurangan distribusi BBM.

Dalam orasinya, Ketua Umum PMII Kota Samarinda, Taufikuddin, menyampaikan bahwa aksi ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap kondisi masyarakat yang dirugikan secara ekonomi dan kualitas akibat dugaan oplosan BBM yang mencuat ke publik.

“Ini bukan sekadar isu teknis, ini soal keadilan sosial. Ketika rakyat membeli BBM dengan harga tinggi tapi kualitasnya diragukan, maka itu adalah bentuk pengkhianatan kepada publik,” tegas Taufikuddin.

Ia juga menambahkan bahwa aksi damai ini menjadi bukti bahwa mahasiswa tidak akan tinggal diam ketika ada indikasi kejahatan yang merugikan rakyat.

“Kami datang dengan niat baik dan kepala dingin, tapi dengan sikap yang tegas. Negara ini tidak boleh kalah oleh mafia migas. Kalau pengoplosan ini benar adanya, maka itu bukan sekadar kelalaian, melainkan kejahatan terhadap hak dasar rakyat untuk mendapatkan energi yang layak dan berkualitas,” lanjutnya.

Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat dan mahasiswa untuk ikut serta mengawasi tata kelola energi di Indonesia, khususnya di Kalimantan Timur, agar keadilan dan transparansi tidak hanya jadi jargon, tetapi benar-benar terwujud dalam praktik.

PMII Kota Samarinda menyampaikan lima tuntutan utama dalam aksi tersebut:

1.⁠ ⁠Evaluasi kinerja pengelola PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Samarinda Group secara menyeluruh.

2.⁠ ⁠Hentikan sementara distribusi pertamax dan pertalite sampai hasil uji kualitas BBM dipublikasikan secara transparan kepada masyarakat.

3.⁠ ⁠Meminta PT Pertamina Patra Niaga bertanggung jawab penuh atas kerugian masyarakat akibat pengoplosan pertamax dan pertalite.

4.⁠ ⁠Mendesak PT Pertamina Patra Niaga mengusut tuntas dan mengadili oknum-oknum yang terlibat dalam praktik pengoplosan BBM.

5.⁠ ⁠Meminta agar lokasi operasional PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal dipindahkan dari Samarinda jika terbukti melakukan pelanggaran serius yang merugikan publik.

PMII menegaskan akan terus mengawal kasus ini hingga mendapatkan kejelasan hukum dan pertanggungjawaban yang nyata dari pihak-pihak terkait.

“Kami tidak akan berhenti sampai suara rakyat benar-benar didengar. Kami berdiri di sini bukan untuk konflik, tapi untuk keadilan,” tutup Taufikuddin, Ketua Umum PMII Kota Samarinda. (Ar)

Tutup