Fedi Nuril Sindir Hasan Nasbi Sebut Penjilat
Dunia media sosial X (dulunya Twitter) saat ini sedang ramai dengan perdebatan sengit antara pendiri Cyrus Network, Hasan Nasbi, dan aktor Fedi Nuril. Perdebatan sengit ini dipicu oleh pujian Hasan terhadap pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Umum PBB, yang ditanggapi Fedi dengan tajam.
Perdebatan bermula ketika Hasan Nasbi mencuit pada 24 September 2025, memuji pidato Prabowo. Ia menyebutnya “mengguncang cakrawala New York” dan membangunkan para pemimpin dunia yang masih terlelap dalam isu perdamaian global.
“Presiden Prabowo mengguncang cakrawala New York. Ia menyambar petir di gedung PBB untuk membangunkan para pemimpin dunia yang tertidur lelap. Perdamaian mungkin hanya mimpi dalam tidur mereka, tetapi Indonesia telah memberi contoh di dunia nyata. Kita adalah pasukan penjaga perdamaian terhebat di dunia,” tulis Hasan di akun resminya, @NasbiHasan.
Namun, pujian ini menuai tanggapan sinis dari Fedi Nuril. Melalui akun @realfedinuril-nya, ia menyebut komentar Hasan berlebihan dan menuduhnya sebagai penjilat.
“Penjilat cenderung melebih-lebihkan saat memuji orang lain. Apa itu ‘menghancurkan langit’? Mereka bahkan tidak berani menyebut Israel secara langsung dan mengutuk Netanyahu sebagai pelaku genosida. Yang mereka lakukan hanyalah ‘menghancurkan podium’ setelah kritik berulang kali,” tulis Fedi.
Terima kasih, Hasan Nasbi menanggapi sarkasme tersebut dengan menyatakan bahwa dukungannya terbukti karena partai yang didukungnya kini berkuasa.
“Hehe, permisi, izinkan saya menjelaskan sedikit tentang penjilatan. Mereka yang saya jilat menang dan berkuasa. Mereka yang Anda jilat kalah dan tak berdaya. Sekalipun Anda hanya seorang penjilat, Anda tidak kompeten. Tapi itu normal; mereka yang kurang marah kepada mereka yang lebih marah itu normal,” jawab Hasan.
Perseteruan memanas setelah Fedi kembali merespons dan menantang Hasan untuk menunjukkan bukti bahwa ia telah “menjilat” pihak-pihak tertentu.
“Terima kasih telah mengakui bahwa Anda seorang penjilat. Seorang penjilat yang tidak dapat membantah suatu argumen hanya dapat mengalihkan pembicaraan. Silakan cari bukti siapa yang saya jilat. Kita tunggu saja,” tegas Fedi.
Warganet pun turut berkomentar. Beberapa menganggap Hasan terlalu memuji, sementara yang lain mendukung Fedi karena berani menyentuh isu sensitif Israel dan Palestina.
Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan dinamika ruang digital di Indonesia. Seorang pengguna, Muhammad Rinandar, bahkan mengeluh bahwa unggahannya dihapus hanya karena mengunggah ulang video pidato seorang ulama yang mengkritik pemerintah. Ia mengkritik standar moderasi konten yang tidak konsisten.
Fenomena ini menunjukkan bahwa media sosial kini tidak hanya menjadi arena diskusi publik, tetapi juga medan pertempuran narasi politik. Di tengah tahun pemilu, netizen tampak semakin berani menyuarakan pendapatnya, meskipun mereka harus siap menghadapi risiko kontennya dihapus atau diserang orang lain.