Nampan makanan program MBG di Lebak diduga terkontaminasi limbah

Sebuah video menunjukkan nampan makanan sedang dicuci di dapur SPPG, dengan lantai tergenang air. Air tersebut diduga berasal dari saluran pembuangan di samping dapur.

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan. Air yang digunakan untuk mencuci nampan saji di Unit Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cibadak, Kabupaten Lebak, diduga terkontaminasi limbah makanan.

Sebuah video menunjukkan nampan makanan sedang dicuci di dapur SPPG, dengan lantai tergenang air. Air tersebut diduga berasal dari saluran pembuangan di samping dapur.

Masalah ini berdampak langsung pada kualitas makanan yang didistribusikan ke beberapa sekolah, termasuk SMPN 3 Cibadak dan SDN 1 Asem.

Makanan Berbau Asam

Pada hari Kamis (25 September), sekolah-sekolah menerima paket makanan yang dideskripsikan memiliki bau asam yang tidak biasa. Di SMPN 3 Cibadak, ratusan porsi makanan akhirnya tidak dimakan karena kekhawatiran akan keracunan makanan di kalangan siswa.

“Beberapa makanan berasal dari dapur dan langsung ditarik kembali, karena khawatir terjadi sesuatu,” kata Nurohmah, seorang guru di SMPN 3 Cibadak. Ia menambahkan bahwa makanan tersebut segera diganti dengan makanan segar.

Situasi serupa terjadi di SDN 1 Asem. Sebagian makanan dimakan, tetapi banyak yang tidak dihabiskan karena rasa dan baunya yang tidak sedap.

“Lebih dari 300 porsi makanan diantar ke sini. Ada yang baunya tidak sedap, ada yang rasanya tidak enak, terutama sayurannya. Banyak anak tidak menghabiskan makanan mereka,” kata Hamid, seorang petugas sekolah.

Pernyataan Manajer Dapur

Manajer dapur MBG Asem, Atim Affandi, mengakui bahwa insiden tersebut disebabkan oleh banjir setelah hujan deras.

“Saluran airnya tersumbat, tetapi sudah kami perbaiki, dan airnya sekarang mengalir lancar,” jelas Atim.

Mengenai makanan yang berbau asam, Atim menyatakan bahwa makanan tersebut segera diganti untuk mencegah dampak kesehatan pada siswa.

Tidak Memenuhi Standar

Koordinator Wilayah (Korwil) SPPG Kabupaten Lebak, Asep Royani, membenarkan bahwa SPPG di Desa Asem belum sepenuhnya memenuhi standar teknis dan higienis.

“Kami terus melakukan evaluasi dan pengawasan yang lebih ketat untuk memastikan keselamatan siswa,” tegas Asep.

Kasus Keracunan MBG Meluas

Kasus dugaan keracunan terkait program MBG terus meningkat. Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) per 22 September 2025 mencatat 4.711 orang terdampak di seluruh Indonesia.

Rinciannya adalah sebagai berikut: Wilayah I (Sumatera) terdapat 1.281 orang, Wilayah II (Jawa) terdapat 2.606 orang, dan Wilayah III (Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur) terdapat 824 orang.

Dari sisi jumlah kasus, BPOM mencatat 7 kasus di Wilayah I, 27 kasus di Wilayah II, dan 11 kasus di Wilayah III. Kasus tertinggi terjadi di Pusat Pelayanan Pangan dan Gizi (SPPG) Coblong, Kota Bandung, dengan 320 orang terdampak, dan di Pusat Pelayanan Pangan dan Gizi (SPPG) Banggai, Kepulauan Tingangkung, dengan 339 orang terdampak.

Akibat kondisi tersebut, Perusahaan Gas Negara (BUGN) telah menutup 20 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPPG) di berbagai daerah, antara lain Banggai, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, dan beberapa wilayah di Indonesia Timur, mulai 14 September 2025.

“Penutupan dilakukan karena beberapa SPPG tidak memiliki sertifikasi higiene dan sanitasi (SLHS) dan terbukti menyebabkan kasus keracunan,” ujar Nanik S. Deyang, Wakil Kepala BGN.

Tutup